Papa, Mama Dimana?
(widia oktarianti)


            Tangan mungil itu sangat bersemangat memoleskan cat crayon pada buku gambar miliknya. Warna hitam yang dipilihnya untuk mewarnai bagian rambut  pada gambarnya perlahan mulai manambah kesan sempurna. Gambar khas anak kecil itu perlahan telah selesai. Lalu tangan mungil itu mengangkat gambarnya ke atas dan ia mulai memuji gambar hasil karya-nya tersebut. Bibir mungil tersebut membentuk lekukan, dia tersenyum berharap Mamanya akan pulang cepat hari ini.  

Adegan 1
            Di lorong rumah sakit Harapan, terlihat beberapa suster dan dokter tengah mendorong ranjang yang terdapat seorang calon ibu, dan suaminya berada di samping dokter 

Papa : Dok, tolong selamatkan istri saya dok.

Dokter : Oke-oke. Anda tenang! Kami akan melakukan yang terbaik.

Papa : Sayang, kau harus kuat. (terlihat khawatir)

Mama : Ya (tersenyum lemah diatas ranjang yang didorong oleh suster)

Mereka tiba didepan ruangan operasi.
Suster : Maaf pak, anda tunggu disini.

Papa : Tapi saya suaminya, saya ingin melihat istri saya melahirkan.

Suster : Maaf pak, ini lain situasinya. Istri anda dalam keadaan kritis. Jadi mohon pegertiannya. (sedikit marah)

Papa : Tapi….

Lalu pintu ruangan itu tertutup, hanya menyisakan sang suami diluar. Dia menangis dan berdoa pada Tuhan.

Papa : Tuhan, selamatkan mereka. aku mohon keajaibanmu Tuhan. Kuserahkan semua padamu. Amin (memohon sambil menangis)

Beberapa jam kemudian dokter keluar. Sang suami lalu mengampiri dokter.

Papa : Bagaimana keadaan istri saya dok? (khawatir)

Dokter : Anda dapat mengetahuinya sendiri. Silahkan masuk

Didalam ruangan operasi. Tampak anak bayi yang baru saya dimandikan dan sedang digendong oleh suster.

Suster : Dia laki-laki dan sehat. (menyerahkan bayi pada ayahnya)

Papa : Terimah kasih Tuhan (terharu sambil mengendong anaknya)

Lalu sang suami medekati istrinya yang tengah terbaring diranjang.
Papa : Lihat. Anak kita sangat tampan seperti diriku (menyegir). Kuharap dia menjadi anak 
ceria sepertimu (mengelus kepala sang istri)

Papa : (Khawatir) dokter, mengapa kepala istri saya sangat dingin?

Dokter dan suster didalam ruangan tampak bungkam. Terlihat raut wajah sedih di muka mereka. Akhirnya sang dokter angkat bicara.

Dokter : Pertama, aku ingin mengucapkan selamat atas kelahiran putramu. Dan kedua kami meminta maaf. Hanya ini yang dapat kami lakukan. Semua ini diluar kehendak kami (sedih)

Papa : Jadi,, istri saya…. (suara bergetar)

Dokter : (mengangguk) Maafkan kami. (menunduk)

Lalu tangisan suami makin menjadi. Sambil mempererat gendongan pada sang anak agar tak terjatuh. Tangannya yang satu lagi mengenggam jemari sang istri yang tampak begitu pucat dan dingin.

Papa :  Terima kasih, telah memberiku hadiah yang luar biasa ini. (terisak) aku akan merawat anak ini. Tenang disana ya sayang (mencium kening sang istri)

Papa : Rafa. Itukan nama yang kau inginkan untuk anak ini? (bertanya pada mayat sang istri) baiklah, kali ini permintaanmu terkabul (terseyum kecut) nah, Rafa kamu jangan nakal ya, rajin solat, dan pintar sesuai harapan Mamamu. (mencium anaknya)    

Mama, Mama, Apa Mama bahagia aku lahir didunia ini?

Adegan 2

            Sudah enam tahun kematian sang istri dan sampai sekarang sang suami 
enggan memberi tau pada anaknya bahwa sang Mamaya sudah meninggal. Selama ini ia hanya berbohong dan terus menggelak jika anaknya bertanya dimana Mamanya.

 Rafa : Rafa ngak mau sekolah (mengambek)

Papa : (membaca koran) Kenapa ngak mau sekolah, sayang?

Rafa : Soalnya tadi malam Mama ngak pulang cepat untuk melihat gambar Rafa yang Rafa buat khusus untuk Mama. (cemberut)

Papa : (menghela nafas) Sayang, Mama udah lihat kok gambaran Rafa, katanya sangat bagus (berusaha tersenyum didepan anaknya)

Rafa : Darimana Papa tau? (penasaran)       

Papa : Papa melihat semalam, Mama masuk kamar Rafa dan terseyum melihat gambar diatas meja Rafa. Dia bilang bangga punya anak seperti Rafa.

Rafa : Benarkah? (senang) Rafa gitu loh hehehe (nyegir) kalo gitu Rafa jadi sekolah hari ini (tersenyum)

Papa : Itu baru anak baik. Cepat habiskan sarapanmu.

Lalu sang Papa memanggil Nanda, sang baby sister anaknya.

Papa : Nanda, tolong jaga Rafa disekolah ya

Nanda : Baik tuan. Ayo Rafa, kita berangkat. (mengambil tas Rafa)

Rafa : Baiklah (lalu menciun pipi sang Papa) Rafa pergi dulu (melambaikan tangan pada Papanya)

Papa : Hati-hati dijalan. (balas melambaikan tangan)

Lalu sang Papa menyandarkan punggungnya ke kursi dan tanganya memegang kepalanya. Sudah kesekian kalinya ia berbohong kepada sang anak bahwa Mamanya selalu pulang telat saat Rafa sudah tertidur dan pergi sebelum Rafa bangun. Dan anak polos yang berusia enam tahun itu selalu percaya. Entah sampai kapan sang Papa akan berbohong.

Papa : Maafkan Papa ya Rafa.. (tersenyum kecut sambil memandang langit-lagit rumah)

Adegan 3

            Rafa dan pengasuhnya sampai di TK Pelangi. Seketika  senyuman mengembang dibibir bocah kecil itu. Ini hari rabu yang sangat ditunngunya, hari dimana ia menjelaskan hasil karya yang dibuatnya pada teman sekelasnya.

Bu Guru : Ya, baiklah. Siapa ingin selanjutnya? (melihat sekeliling anak muridnya)

Rafa : (menujuk tangan) Rafa, bu guru!

Bu Guru : Baiklah Rafa. Silahkan maju.

Rafa lalu maju kedepan kelasnya sambil membawa buku gambar miliknya. Lalu ia 
membuka pada sebuah halaman buku tersebut.

Rafa : Teman-teman lihat! Aku membuat ini (menunjukkan pada temannya dan tersenyum)

Cindy : Wah, gambar Rafa bagus ya!

Momo : Benar! Momo ngak bisa buat kayak gitu.

Bu Guru : Nah, Rafa. Boleh kami semua tau siapa wanita cantik yang kau gambar itu?

Rafa : (tersenyum) Yuki Sinka. Mama Rafa! Tadi malam dia datang dan bilang gambar Rafa 
bagus. Dia orang yang sangat baik.

Mendegar hal tersebut, bu guru sontak terkejut. Bu guru tau yang sebenarnya tau apa yang terjadi pada Mamanya Rafa.

Bu Guru : (menggarut kepalanya) Ah, begitu ya! Ibu senang jika Mama Rafa menyukai gambar Rafa (terseyum kecut)

Lalu ada seorang anak yang mulai mengacaukan suasana kelas.
Rendy : Oh benarkah gambar wanita cantik itu Mamamu? (bertanya dengan nada meremehkan)

Rafa : Tentu saja!

Rendy : Tapi benarkah dia baik? Dia bahkan tidak pernah datang ke sekolah. Iya kan teman-teman? (bertanya pada teman-teman di kelas)

Semua teman-teman tertawa. Rafa menunduk sedih. Ibu guru yang melihat situasi itu lalu mencairkan suasana.

Bu Guru : Rendy, kamu ngak boleh ngomng kayak itu! Ibu guru pernah bertemu Mama Rafa. Dia cantik dan baik hati. (tersenyum)

Rafa : ibu… (menahan tangis)

Bu Guru : Nah, Rafa percaya pada Ibu guru (tersenyum) oke! Sekarang kau bisa kembali ketempat dudukmu.

Rafa :Baik bu! (tersenyum)

Mama, Rafa percaya Mama orang yang baik. Jadi pulang cepat ya!


Adegan 4

            Rafa sebenarnya sedikit iri ketika ibu guru bilang pernah bertemu dangan Mama Rafa. Rafa bahkan tak pernah melihat Mamanya secara langsung. Mama selalu pulang terlambat, hanya itu yang ia tau.

Rafa : Mama, Rafa ingin beretemu… (memandang sebuah foto)

Rafa : Kapan bisa pulang dan datang ke sekolah Rafa? Tadi ada teman Rafa yang mengejek Mama (mencium foto tersebut)

Rafa : pulang cepat ya Ma (tersenyum)

Tiba-tiba ada yang masuk kedalam kamar Rafa. Saat dia menoleh, ia sangat terkejut melihat sosok yang membuka pintu kamarnya. Wajah orang itu sama persis dengan foto yang dipegangnya.

Rafa : Mama! (berlari dan memeluk orang tersebut)

Yuka : cih, lepaskan aku iblis kecil. Aku bukan Mamamu!

Rafa : eh, (kebingungan) tapi, kau mirip dengan foto ini, Kak (menyerahkan foto ke Yuka)

Yuka : (mengambil foto) dia kakakku yang sudah meninggal 6 tahun lalu, seseorang yang telah kau bunuh. (menunjuk Rafa)

Rafa : (terkejut) Mama? Meninggal? Kau pasti bohong kan, Kakak?

Yuka : (menahan tangis) ini kenyataan iblis kecil dan kau yang telah membunuhnya (berteriak kepada Rafa)

Rafa : tidak!!! Mama belum meninggal dan Rafa bukan pembunuh! (berteriak)

Tiba-tiba Papa masuk kedalam kamar rafa saat mendengar ada pentengkaran.
Papa : Yuka (berteriak)

Yuka : (menoleh dan mendekati papa) kak Revan, sampai kapan kau mau berbohong. Katakan yang sebenarnya pada anak ini!

Rafa :  Papa, (terisak) ini bohong kan?

Yuka : Jujurlah Kak Revan (berteriak)

Papa tak tau lagi apa yang bisa ia katakan. Dia tak tega melihat kesedihan pada anaknya jika ia berkata jujur. Lalu saat ia menatap anaknya, anaknya sudah menangis.

Rafa : Ini bohong kan! (teriaknya lalu berlari ke luar kamar)

Papa : Rafa, tunggu… (mengejar Rafa)


Mama, jika ini semua benar. Bolah Rafa ikut Mama?

Adegan 5

           Rafa tidak percaya apa yang katakan wanita yang mirip dengan mamanya itu. Ia berlari ke kamar Papa dan Mamanya dan megunci diri disana.

Papa : Rafa, buka pintunya sayang (menggedor pintu dari luar)

Rafa : Ngak, papa bohong sama Rafa. (terisak)

Papa : Maafkan Papa sayang, buka pintunya (memelas)

Setelah itu tak ada jawaban. Rafa yang sedari tadi lelah menangis akhirnya tertidur dan ia bermimpi sangat indah. Ia melihat sebuah taman besar dan cantik lalu terlihat sesosok Wanita yang sangat cantik. Rafa terkejut melihatnya.

Rafa : Mama? Apa kau benar Mama Rafa?

Mama : benar sayang (tersenyum)

Rafa : Mama (memeluk dan menangis)

Mama : Maafkan Mama ya sayang.

Rafa : (terisak) Mama ngak ada salah.

Mama : (tersenyum) Rafa anak yang baik ya. Mama sayang sekali pada Rafa

Tangisan Rafa makin menjadi. Mama menenangkan Rafa.

Rafa : Mama, Rafa ingin disini terus bersama Mama (tersenyum)

Mama : (tersenyum) ngak boleh giti dong. Nanti siapa yang ngurus Papa?

Rafa : Tapi, Rafa pengennya sama Mama ngak sama Papa.

Mama :  (mengelus Rafa)  sayang, mama memang sudah ngak ada dunia ini. Tapi ingatlah 
mama selalu ada disini (menujuk hati Rafa)

Rafa : Di hati Rafa? (bingung)

Mama : Mama selalu mencintai Rafa. Jadi tetaplah hidup bahagia bersama Papa. Ini permintaan Mama.

Rafa : tapi, Mama… (terisak kembali)

Mama : kabulkan permintaan mama ya sayang (tersenyum)

Lalu bayangan mama hilang menyisakan Rafa seorang diri.

Rafa : (terisak) Baiklah Mama (terseyum)

Rafa terbangun dan mendengar suara Papanya menangis dari luar pintu dan ia langsung membuka pintu lalu memeluk papanya.

Papa : maafkan Papa ya sayang

Rafa : Papa ngak salah kok (tersenyum) oh ya Pa, Papa tau ngak, Mama itu selalu ada bersama kita (tersenyum) di sini (menujuk hatinya)

Papa : (berlinang air mata) tentu sayang.
Lalu papa memeluk Rafa dengan erat. Rafa akan selalu membuat Papanya bahagia. Yaps, Rafa sudah janji pada mamanya, kan?


-Tamat-



Kalo mau Copsa izin dulu ya, jangan lupa pake credit darimana didapat.
copaa juga link blog ini http://deko-chan.blogspot.com/ makasih sudah berkunjung :)
Deko!

0 Comments